SELAMAT DATANG !

Minggu, 03 Januari 2010

Benang Ruwet

Pada suatu hari, Mbok Cemplon mendatangi rumah Pak Salim. Tidak seperti biasanya, wajah wanita itu tampak masam.

Pak Salim : “Oh Mbok Cemplon … ada apa, kok kelihatannya penting sekali ?”(tanya Pak

Salim dengan santai)

Mbok Cemplon : “Langsung saja ya ! Aku kesini itu mau menagih utangmu kepadaku. Ayo ma-

na ? Aku butuh banget sekarang !” (dengan nada tinggi).

Pak Salim : “Ahh …. Mbok cemplon ini bagaimana toh. Kok jadi bingung kayak gitu. Lha

saya saja yang punya utang sama sampeyan tidak bingung, kok !” (jawabnya

dengan santai).

Mbok Cemplon : “(Mbok Cemplon semakin panas mendengarnya) Pokoknya, aku nggak mau

tahu. Kamu harus membayar hutangmu 100 ribu rupiah sekarang juga !”.

Pak Salim : “Ya pasti aku bayarlah. Memangnya enak punya hutang ? Tapi, masalahnya

uangku yang kusiapkan untuk membayar hutangku itu, sekarang masih

dipinjam Pak RT. Nah janjinya, dia mau mengembalikannya sekarang, tapi su-

dah lebih dua jam, Pak RT nggak nongol-nongol juga !”.

Mbok Cemplon : “Bagaimana kalau sekarang, kita ke rumah Pak RT ?” (ajak Mbok Cemplon).

Pak Salim : “Aha, boleh juga, aku juga nggak sabar menunggunya datang !”.

Ida : “Pak RTnya tidak ada di rumah. Katanya, dia mau ke rumahnya Pak Brengos !”

(kata keponakan Pak RT).

Pak Salim : “Waduh, gawat !!! bisa-bisa aku dihajar Mbok Cemplon !” (pikirnya dalam hati

).

Mbok Cemplon : “Kau jangan mempermainkan aku ….. ,” (dengan kerasnya).

Pak Salim : “Kita harus menyusul Pak RT ke rumah Pak Brengos !”

Mbok Cemplon : “Kau saja yang kesana. Aku tunggu kau di rumahku,” (katanya sambil berlalu).

Pak Salim lalu melanjutkan perjalanannya ke rumah Pak Brengos. Di sana, ia melihat Pak RT sedang ngobrol di serambi bersama Pak Brengos. Pak Salim jengkel juga melihatnya.

Pak Salim : “Aha, orang yang dicari-cari akhirnya ketemu juga. Ayoh, bayar hutang segera

!, (hardik Pak Salim tanpa malu-malu) Ayoh, jangan cari alasan lagi, … tidak

Ada alasan pokoknya ! Bayar utangmu 100 ribu rupiah sekarang !” (kata Pak

Salim sekali lagi).

Pak RT : “Tenang Lim … tenang ! Masalahnya aku kesini juga dalam rangka menagih

Hutang,” (jawab Pak RT).

Pak Salim : “Nagih hutang ? Lha wong kamu yang punya hutang, kok malah nagih hutang

? Aku yang sebenarnya menagih hutangmu, 100 ribu ! Ayo bayar sekarang !”

(kata Pak Salim dengan nada tinggi).

Pak RT : “Itulah, …. aku akan membayar hutangku padamu. Tapi masalahnya uangku

sampai sekarang masih dipinjam Si Brengos ini. Dan, dia masih bingung juga

cari uang,” (jelas Pak RT).

Pak Salim : “(Pak Salim lalu mendekati Pak Brengos, sambil berkacak pinggang) Jadi ka-

mu ini penyebabnya, ayoh bayar dulu ke Pak RT … !”.

Pak Brengos panas dingin juga. Ia diam beberapa saat, sambil menghela nafas panjang. Sejurus kemudian, lelaki berkumis tebal itu mulai berkata-kata.

Pak Brengos : “Aku tahu, kalian saat ini sedang bingung. Tapi … asal kalian tahu, tak ha-

nya kalian yang bingung, soal hutang yang tak kunjung dibayar. Akupun sam-

pai sekarang masih punya tagihan, yang belum dibayar juga oleh Kapri dan

Narto’, mereka juga janjinya mau mengembalikannya sekarang !”.

Pak RT : “Bagaimana kalu kita ke rumah mereka saja, kan mereka satu saudara !”.

Pak Brengos dan Pak Salim : “Setuju !” (dengan serentaknya).

Lalu, ketiga orang tersebut mulai beranjak pergi ke rumah dua bocah tersebut. Angin berhembus sangat kencang disertai dengan panas terik matahari, membuat laju mereka semakin lambat, tetapi semua itu mereka lawan demi mendapatkan uang tagihan yang berturut-turut sampai tujuh turunan tersebut.

Jul : “Sol sepatu ….. sol sepatu ….. sol sepatu ….. !!”(dengan penuh semangat).

Narto’ : “Lha, itu anaknya. Jul … Jul … Jul … !” (dengan kerasnya).

Jul : “Lho, kenapa kamu dari dulu tidak bilang aku kalau kamu jual boneka mirip

aku ?”.

Narto’ : “Ngawur aja kamu , aku itu barusan bukan jual boneka mirip kamu, malahan

aku itu ingin memanggil kamu untuk menagih hutangmu pada kami !”.

Kapri : “Betul itu !”.

Jul : “Walah-walah, aku minta ma’af yang sebesar-besarnya,”.

Pak Salim, Pak Brengos, Pak RT : “Assalamu’alaikum,” (dengan serentak).

Narto’, Kapri : “Walaikumsalam,”.

Pak Brengos : “To’, Pri, mana hutang kalian yang katanya akan dikembalikan sekarang,”

(dengan nada tinggi).

Kapri : “Maka dari itu, saat ini aku memanggil Jul, karena uang yang kusiapkan untuk

Membayar hutang itu, masih dipinjam Jul !”.

Pak Brengos : “Oooh … ! Jadi selama ini penyebabnya adalah Jul toh !! Nah sekarang, ayoh

Bayar hutangmu ke Narto’ dan Kapri, agar masalah hutang piutang ini bisa

segera terselesaikan.”

Jul : “Warga-warga semua yang saya hormati. Sekali lagi saya minta ma’af atas

semua masalah ini. Kalau begitu, mari ikut saya, (sambil mengajak semua

warga).

Pak Salim : “Lha, ini kan rumahnya Mbok Cemplon ?” (tanya Pak Salim lugu).

Jul : “Ya benar sekali,” (jawabnya singkat).

Mbok Cemplon Kaget juga melihat Jul datang bersama Pak Salim, Pak RT, Narto, Pak Brengos, Narto’, dan Kapri.

Jul : “Langsung saja Mbok Cemplon, segera bayar hutangmua 100 ribu sekarang.

Saya sudah tak dapat menunggu lagi, si Narto’ dan Kapri ini menagihku terus.

Ayo bayar sekarang !”.

Mbok Cemplon : “Sebenarnya aku sudah menyiapkan uang 100 ribu itu. Tapi .. uang itu di-

pinjam Si Salim. Sampai sekarang ia belum juga mengembalikannya !”

(jawabnya dengan lirih).

Pak Brengos : “Alamaak, … bagaimana ceritanya ini ! Kok jadi ruwet begini ?” (sambil me-

megang kepalanya).

Mbok Cemplon : “Ayo, Lim bayar hutangmu ! Itu uang Jul !” (mengarah ke Pak Salim).

Pak Salim : “Ayo, Pak RT, itu uang Mbok Cemplon !” (mengarah ke Pak RT).

Pak RT : “Bagaimana Pak Brengos, itu uang Pak Salim !” (mengarah ke Pak Brengos).

Pak Brengos : “ Ayo, To’, Pri, bayar hutangmu, itu uang Pak RT !” (mengarah ke Narto’ dan

Kapri).

Kapri : “Bagaimana Jul hutangnya ?” (mengarah ke Jul).

Jul : “Bagaimana Mbok Cemplon hutangya ?” (mengarah ke Mbok Cemplon).

Wah, wah, wahhhh, bagaimana ini urusannya, kok jadi benang ruwet begini ? Terus duitnya lari ke mana ? Siapa yang mau bayar ? Lha jadi bingung khan. Begitulah ……………… harap maklum !.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar