SELAMAT DATANG !

Minggu, 03 Januari 2010

Kirangan

Pada suatu hari, hiduplah seorang manusia, eh keliru, yang benar begini, suatu ketika tepatnya di siang hari, ada seseorang yang sedang kebingungan mencari tempat teduh karena kepanasan, beliau bernama Pak Salim. Sebenarnya beliau hendak pulang kerumahnya setelah liburan ke Jogja, tetapi berhubung saat itu hari begitu panas, beliau akhirnya mampir sebentar ke tempat teduh.

Pak Salim : “Panasnya rek….rek !”, (sambil berjalan menuju tempat teduh).

Tukang Ojek : “Ojek, pak ?”.

Pak Salim : “Ohh, nama saya Salim bukan Ojek !”, (jawabnya dengan lugas).

Tukang Ojek : “(sambil tersenyum kecut) Ehm, maksud saya, apakah bapak mau naik ojek ?”.

Pak Salim : “Ah, bolehlah …. antar saya ya ?”.

Tukang Ojek : (mengambil sepeda motor kesayangannya).

Pak Salim : “(pandangannya terus berkeliling, mengamati setiap sudut kota) Wah, hebat ya ..

hotelnya besar dan bagus sekali ! cck … cck … !” (sambil terkagum-kagum meng-

amati hotel tersebut), “Siapa yang punya hotel sebagus itu ?”.

Tukang Ojek : “Kirangan,” (jawabnya singkat), “Wah, maaf Pak, bensinnya habis, kita ke pompa

Bensin dulu, sebentar !”.

Pak Salim : “Wah … yang punya pompa bensin ini pasti untung besar. Lihat, orang-orang rela

antri berjam-jam ! cck … cck … !, kamu tahu siapa pemilik pompa bensin

ini ? ”.

Tukang Ojek : “Kirangan, Pak,” (jawabnya singkat).

Pak Salim : “Hebat,” (tiba-tiba jalanan menjadi macet) “Ada apa mas ?”.

Tukang Ojek : “Sekarang ini pembukaan mall baru, katanya sih supermarketnya mewah dan

lengkap sekali !”(terang tukang ojek).

Pak Salim : “Pemilik supermarket itu pasti kaya raya. Kamu juga tahu siapa pemilik super-

market itu ?”.

Tukang Ojek : “Kirangan,”.

Pak Salim : “Benar-benar kaya !”.

Tiba-tiba, mereka melihat iring-iringan pengantar jenazah. Jalanan macet. Pak Salim jemu juga.

Pak Salim : “Siapa sih yang meninggal ?”.

Tukang Ojek : “Kirangan, Pak !”.

Pak Salim : “H-hhaah … ! Orang kaya yang baru saja kita bicarakan meninggal dunia !”

(sontak kaget sambil menggelengkan kepala) “Ah, kasihan sekali nasib Pak

Kirangan ini, …. meski kaya raya ternyata umurnya pendek juga !! Kasihan ya !!”

Pak Salim tak hentinya memikirkan nasib Pak Kirangan. Kota ini sepatutnya berduka, orang terpandang di sini telah meninggal dunia, pikir Pak Salim. Tak lama kemudian, akhirnya sampai juga Pak Salim di rumahnya. Lelaki lugu itu langsung melompat tergopoh-gopoh. Orang-orang kaget juga mendengarnya.

Pak Salim : “Tak tahukah kalian, orang terkaya di kota ini meninggal dunia !!”.

Jul : “Siapa yang Pak Salim maksudkan ?” (sambil membawa alat sol sepatu).

Pak Salim : “Kirangan, … Kirangan sudah meninggal dunia ! aku tadi sempat mengikuti

iring-iringan jenazahnya ! Aku tak bohong, coba kalian tanyakan pada Tukang

Ojek ini !” (terang Pak Salim berapi-api).

Tukang Ojek itu mengangkat bahunya. Ia lalu menceritakan pengalaman perjalanannya bersama Pak Salim.

“ Wahaha …. ha .. ha.. ha!” (semua orang tertawa terbahak-bahak)

Narto’ : “Pak Salim, ….. Pak Salim salah mengerti ! Ha … ha … ha, Kirangan itu bukan na-

ma orang. Kirangan itu dari Bahasa Jawa Santun yang artinya tidak tahu !!” (sambil

tertawa).

Pak Salim : “Alamaaa…k” (sambil tersipu malu).

Jadi, sebenarnya Tukang Ojek itu selalu menjawab tidak tahu, pada setiap pertanyaan Pak Salim. Hanya Pak Salim saja yang tak mengerti.

TAMAT

3 komentar: